İçeriğe atla

On Dördüncü Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Ketika landasan kekufuran, kesesatan, dan maksiat merupakan bentuk pengingkaran, pengabaian, dan penolakan, meski gambaran lahiriahnya tampak positif dan berwujud, namun hakikatnya merupakan bentuk ketiadaan. Karena itu, ia adalah kejahatan besar. Di samping merusak seluruh hasil kerja yang ada, ia juga menghijab berbagai manifiestasi Asmaul Husna yang indah dan membuatnya tak terlihat." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Perumpamaan kedua: Ada sebuah kapal milik raja. Jika seorang pekerja meninggalkan pekerjaan kecilnya, hal itu akan membuat aktivitas seluruh pekerja di kapal tersebut terganggu. Karena itu, pemilik kapal, yaitu sang raja mengancam pekerja yang lalai tadi atas nama seluruh pekerja di kapal. Orang yang lalai tadi tidak dapat berkata, “Mengapa aku harus mendapat ancaman keras semacam ini, padahal yang kulakukan hanya sebatas pengabaian hal yang sepele?”..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Ketika landasan kekufuran, kesesatan, dan maksiat merupakan bentuk pengingkaran, pengabaian, dan penolakan, meski gambaran lahiriahnya tampak positif dan berwujud, namun hakikatnya merupakan bentuk ketiadaan. Karena itu, ia adalah kejahatan besar. Di samping merusak seluruh hasil kerja yang ada, ia juga menghijab berbagai manifiestasi Asmaul Husna yang indah dan membuatnya tak terlihat." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
58. satır: 58. satır:
Ada sebuah kapal milik raja. Jika seorang pekerja meninggalkan pekerjaan kecilnya, hal itu akan membuat aktivitas seluruh pekerja di kapal tersebut terganggu. Karena itu, pemilik kapal, yaitu sang raja mengancam pekerja yang lalai tadi atas nama seluruh pekerja di kapal. Orang yang lalai tadi tidak dapat berkata, “Mengapa aku harus mendapat ancaman keras semacam ini, padahal yang kulakukan hanya sebatas pengabaian hal yang sepele?” Hal ini lantaran satu “ketiadaan” menyebabkan banyak ketiadaan. Sementara “keberadaan” melahirkan berbagai buah sesuai dengan jenisnya. Sebab, wujud dan keberadaan sesuatu bergantung pada keberadaan seluruh sebab dan syarat. Sebaliknya, ketiadaan sesuatu dari sisi hasil terwujud dengan ketiadaan satu syarat dan satu bagian darinya. Dari sini “merusak lebih mudah daripada membangun” menjadi satu kaidah yang dikenal oleh manusia.
Ada sebuah kapal milik raja. Jika seorang pekerja meninggalkan pekerjaan kecilnya, hal itu akan membuat aktivitas seluruh pekerja di kapal tersebut terganggu. Karena itu, pemilik kapal, yaitu sang raja mengancam pekerja yang lalai tadi atas nama seluruh pekerja di kapal. Orang yang lalai tadi tidak dapat berkata, “Mengapa aku harus mendapat ancaman keras semacam ini, padahal yang kulakukan hanya sebatas pengabaian hal yang sepele?” Hal ini lantaran satu “ketiadaan” menyebabkan banyak ketiadaan. Sementara “keberadaan” melahirkan berbagai buah sesuai dengan jenisnya. Sebab, wujud dan keberadaan sesuatu bergantung pada keberadaan seluruh sebab dan syarat. Sebaliknya, ketiadaan sesuatu dari sisi hasil terwujud dengan ketiadaan satu syarat dan satu bagian darinya. Dari sini “merusak lebih mudah daripada membangun” menjadi satu kaidah yang dikenal oleh manusia.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ketika landasan kekufuran, kesesatan, dan maksiat merupakan bentuk pengingkaran, pengabaian, dan penolakan, meski gambaran lahiriahnya tampak positif dan berwujud, namun hakikatnya merupakan bentuk ketiadaan. Karena itu, ia adalah kejahatan besar. Di samping merusak seluruh hasil kerja yang ada, ia juga menghijab berbagai manifiestasi Asmaul Husna yang indah dan membuatnya tak terlihat.
Madem küfür ve dalalet, tuğyan ve masiyet esasları; inkârdır ve reddir, terktir ve adem-i kabuldür. Suret-i zâhiriyede ne kadar müsbet ve vücudlu görünse de hakikatte intifadır, ademdir. Öyle ise cinayet-i sâriyedir. Sair mevcudatın netaic-i amellerine halel verdiği gibi esma-i İlahiyenin cilve-i cemallerine perde çeker.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">