77.975
düzenleme
("Ya, keberadaan dan kejelasan rahmat Allah itu lebih jelas daripada matahari di tengah hari. Pasalnya, sebagaimana “tenunan induk” yang terdapat di pusat berasal dari kesesuaian jalur benang dan keteraturan posisinya yang membentang dari seluruh arah, maka benang-benang pancaran cahaya yang berasal dari manifestasi seribu satu nama Tuhan yang membentang ke alam yang luas ini membentuk sebuah “tenunan” yang mengagumkan dan indah dalam koridor rahma..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("------ <center> CAHAYA KETIGA BELAS ⇐ | Al-Lama’ât | ⇒ CAHAYA KELIMA BELAS </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 17 değişikliği gösterilmiyor) | |||
179. satır: | 179. satır: | ||
Ya, keberadaan dan kejelasan rahmat Allah itu lebih jelas daripada matahari di tengah hari. Pasalnya, sebagaimana “tenunan induk” yang terdapat di pusat berasal dari kesesuaian jalur benang dan keteraturan posisinya yang membentang dari seluruh arah, maka benang-benang pancaran cahaya yang berasal dari manifestasi seribu satu nama Tuhan yang membentang ke alam yang luas ini membentuk sebuah “tenunan” yang mengagumkan dan indah dalam koridor rahmat-Nya yang luas. Sehingga ia memperlihatkan kepada akal manusia stempel sifat sayang Allah yang sangat nyata, goresan belas kasih-Nya yang mengagumkan, serta lambang perhatian-Nya yang indah. | Ya, keberadaan dan kejelasan rahmat Allah itu lebih jelas daripada matahari di tengah hari. Pasalnya, sebagaimana “tenunan induk” yang terdapat di pusat berasal dari kesesuaian jalur benang dan keteraturan posisinya yang membentang dari seluruh arah, maka benang-benang pancaran cahaya yang berasal dari manifestasi seribu satu nama Tuhan yang membentang ke alam yang luas ini membentuk sebuah “tenunan” yang mengagumkan dan indah dalam koridor rahmat-Nya yang luas. Sehingga ia memperlihatkan kepada akal manusia stempel sifat sayang Allah yang sangat nyata, goresan belas kasih-Nya yang mengagumkan, serta lambang perhatian-Nya yang indah. | ||
Ya, Dzat yang mengatur dan menata matahari dan bulan, ber- bagai unsur alam dan tambang, serta tumbuh-tumbuhan dan aneka macam hewan, dengan sinar seribu satu nama-Nya, sehingga seolah-olah seperti benang-benang bercahaya, lalu kesemuanya itu disediakan untuk melayani kehidupan ini; Dzat yang memperlihatkan kasih sayang-Nya kepada seluruh makhluk lewat cinta kasih yang disemaikan di semua induk tumbuhan dan hewan kepada anak-anaknya; serta Dzat yang menampakkan manifestasi rahmat-Nya dan goresan rubûbiyah-Nya dengan menundukkan seluruh makhluk hidup untuk kehidupan manusia seraya menjelaskan posisi dan kedudukan manusia di tengah-tengah mereka adalah Dzat Yang Maha Penyayang dan Pemilik segala keindahan. Dialah yang menjadikan rahmat-Nya yang luas sebagai penolong di hadapan kekayaan-Nya yang mutlak. Seluruh makhluk dan manusia yang lemah ini membutuhkan rahmat tersebut. | |||
Wahai manusia, apabila engkau betul-betul seorang manusia, ucapkanlah Bismillâhirrahmânirrahîm agar engkau bisa menemukan pemberi syafaat itu. | |||
Sangat jelas bahwa rahmat-Nyalah yang memelihara berbagai jenis tumbuhan dan hewan yang berjumlah lebih dari empat ratus ribu spesies. Rahmat Allah itu pula yang mengelola semuanya tanpa pernah bingung dan lalai, pada waktu yang tepat, dalam tatanan yang paling sempurna, dalam koridor hikmah yang paling utuh, serta lewat perhatian yang paling sesuai. Sehingga pengelolaan dan pemeliharaan tersebut berposisi sebagai stempel ahadiyah-Nya di bumi ini. | |||
Ya, keberadaan rahmat tersebut sangat jelas seperti keberadaan seluruh entitas di permukaan bumi, sebagaimana dalil-dalil ke- beradaannya sejumlah entitas yang ada.Sebagaimana di permukaan bumi ini kita bisa menyaksikan tanda-tanda keesaan dan stempel rahmat-Nya, di dalam sosok pribadi manusia juga terdapat tanda rahmat-Nya. Tanda dan stempel terse- but sama jelasnya dengan yang tampak di permukaan bumi dan juga sama jelasnya dengan yang terdapat di wajah alam semesta. Bahkan, tanda tersebut sangat komprehensif dan universal sehingga seperti titik sentrum yang menghimpun cahaya manifestasi seribu satu na- ma-Nya yang mulia. | |||
Wahai manusia, bagaimana mungkin Dzat yang telah menga- nugerahkan wajahmu ini kepadamu serta menanamkan kasih sayang dan membubuhkan stempel ahadiyah-Nya pada wajahmu membiarkanmu begitu saja, tidak memedulikanmu, serta tidak memperha- tikan amal perbuatan dan gerak-gerikmu? Atau, mungkinkah Dia menjadikan pengabdian semua alam semesta yang tertuju padamu sia-sia tanpa guna? Mungkinkah Dia membuat pohon penciptaan yang agung itu sebagai pohon yang tak berguna dan buahnya sebagai buah yang rusak? Mungkinkah Dia menempatkan rahmat-Nya yang sangat jelas seperti jelasnya matahari itu dan meletakkan hik- mah-Nya yang terang seperti terangnya cahaya sebagai sesuatu yang diingkari dan ditolak? Sama sekali tidak mungkin, Allah Mahasuci dari semua itu. | |||
Wahai manusia, ketahuilah bahwa untuk mencapai ‘arasy rahmat Ilahi diperlukan sebuah tangga. Tangga tersebut adalah kalimat Basmalah, Bismillâhirrahmânirrahîm. Jika engkau ingin mengetahui sejauh mana urgensi, keagungan, dan kedudukan tangga tersebut, lihatlah permulaan surah-surah al- Qur’an yang semuanya berjumlah seratus empat belas surah. Perhatikan permulaan setiap buku bernilai serta awal segala urusan yang penting. Dalam hal ini, pernyataan Imam Syafi‘i dan para mujtahid besar semisalnya dianggap sebagai bukti kuat yang menunjukkan keagungan dan ketinggian kalimat Basmalah di mana mereka berkata, “Meskipun Basmalah hanya satu ayat, tetapi ia turun dalam al- Qur’an sebanyak seratus empat belas kali.”(*<ref>*Asy-Syafi’i, al-Umm 1/208; al-Jashshâsh, ahkam al-Qur’ân 1/8; al-Gazâli, al-Mus- tashfâ 1/82; dan Ibnu al-Jauzi, at-Tahqîq fî Ahâdîts al-Khilâf 1/345-347.</ref>) | |||
</ | |||
< | <span id="Dördüncü_Sır"></span> | ||
=== | ===Rahasia Keempat=== | ||
Manifestasi Wâhidiyah Allah pada makhluk-Nya yang tak terhingga tak bisa dijangkau sepenuhnya oleh mereka yang berucap, “Hanya kepada-Mu kami menyembah.” Akal pikiran mereka menjadi terceraiberai menyaksikan pluralitas tersebut. Pasalnya, untuk mem- perhatikan Dzat Allah Yang Maha Esa lewat keseluruhan makhluk saat mengucap, “Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya ke- pada-Mu kami meminta pertolongan” dalam surah al-Fâtihah itu dibutuhkan keberadaan kalbu yang luas seluas permukaan bumi.Berdasarkan rahasia ini, Allah menunjukkan dengan jelas stempel ahadiyah pada setiap bagian, sebagaimana Dia menampakkan pada setiap jenis. Hal itu agar perhatian manusia tertuju kepada Dzat Allah Yang Maha Esa. Serta agar setiap orang—pada setiap tingkatan—dengan mudah bisa berinteraksi secara langsung dalam ucapannya, “Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan” dengan Dzat Allah yang suci. | |||
Sebagai penjelasan atas rahasia besar ini, al-Qur’an al-Karim ketika membahas tentang penciptaan langit dan bumi yang termasuk wilayah terluas, ia juga selalu menyebutkan wilayah dan hal-hal yang paling kecil dari para makhluk untuk menunjukkan tanda ahadiyah-Nya secara jelas. Misalnya, ketika al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda pen- ciptaan langit dan bumi, ia kemudian berbicara tentang tanda-tanda penciptaan manusia beserta nikmat-Nya yang sempurna dalam hal | |||
suara dan ciri-ciri fisiknya. Hal itu dimaksudkan agar pikiran manusia tidak tercerai-berai dalam menyaksikan cakrawala yang luas ini, agar kalbu mereka tidak tenggelam dalam pluralitas makhluk yang tak terhingga, serta agar roh mereka bisa mencapai Tuhan Yang Ma- habenar tanpa perantara.Ayat al-Qur’an berikut menjelaskan hakikat tersebut secara menakjubkan:“Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah penciptaan langit dan bumi serta perbedaan lisan (bahasa) dan warna kulit kalian” (QS. ar-Rûm [30]: 22). | |||
Demikian halnya dengan tanda dan stempel wâhidiyah-Nya, meskipun telah dibubuhkan pada seluruh makhluk dengan jumlah yang tak terhingga, mulai dari yang paling luas sampai yang paling kecil, dalam wilayah-wilayah yang saling berpautan dan dalam ting- katan yang beraneka ragam, namun kejelasan stempel wâhidiyah- Allah itu—bagaimanapun tampilannya—tetap berada dalam plu- ralitas makhluk sehingga tidak bisa benar-benar memenuhi hakikat pernyataan, “Hanya kepada-Mu kami menyembah.” Oleh sebab itu, diperlukan tanda ahadiyah-Nya pada semua stempel wâhidiyah tadi agar terbuka jalan bagi kalbu untuk bisa sampai kepada Dzat Allah Yang Mahasuci, tanpa mengingat pluralitas yang ada. | |||
Selanjutnya, agar pandangan dan kalbu manusia tertuju kepa- da tanda ahadiyah-Allah, maka di atas tanda ahadiyah-Nya tersebut dibubuhkan cap rahmat dan stempel kasih sayang-Nya yang merupakan goresan indah yang sangat menarik, cahaya terang yang sangat cemerlang, kenikmatan yang sangat terasa, keindahan yang sangat apik, dan hakikat kukuh yang sangat kuat. | |||
Ya, kekuatan rahmat itulah yang menarik perhatian makhluk yang kemudian mengantarkannya kepada tanda ahadiyah-Allah dan membuatnya bisa menyaksikan Dzat Yang Maha Esa dan Suci hingga akhirnya manusia bisa menangkap seruan hakiki yang terdapat pada | |||
kalimat, “Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” | |||
Begitulah, dilihat dari posisinya sebagai indeks dan ringkasan global dari surah al-Fâtihah, kalimat Bismillâhirrahmânirrahîm menjadi petunjuk dan penerjemah dari rahasia agung yang telah disebutkan. Siapa yang mampu menangkap “petunjuk” tersebut, ia akan bisa melanglang-buana dalam berbagai lapisan rahmat-Nya. Serta siapa yang mampu membuat “penerjemah” tersebut berbicara, ia akan mengetahui berbagai rahasia rahmat-Nya seraya memahami dan menyaksikan cahaya kasih sayang-Nya. | |||
< | <span id="Beşinci_Sır"></span> | ||
=== | ===Rahasia Kelima=== | ||
Dalam sebuah riwayat disebutkan: | |||
< | “Allah menciptakan Adam dalam bentuk ar-Rahmân (Dzat Yang Maha Pengasih).”(*<ref>*Al-Hâfidz Ibnu Hajar, Fathu al-Bârî 5/183; Ibnu Abi ‘Âshim, as-Sunnah 1/228; dan ad-Dâruqutni, ash-Shifât (h.36, no.48) riwayat dari Ibnu Umar dengan redaksi: “Jan- gan mencela wajah, karena Allah menciptakan Adam dalam bentuk ar-Rahmân”.</ref>) | ||
</ | |||
Hadis ini oleh sebagian kalangan sufi ditafsirkan secara aneh, tidak sesuai dan tidak sejalan dengan kaidah-kaidah keimanan. Bahkan, sebagian orang yang sedang tenggelam dalam cinta kepada Tuhan, melihat wajah maknawi manusia dengan pandangan sebagai bentuk ar-Rahmân. Ketika mereka yang tenggelam dalam cinta ke- pada Tuhan itu sedang berada dalam kondisi tidak sadar, maka ucapan-ucapan mereka yang berseberangan dengan hakikat yang ada bisa jadi dimaafkan. Tetapi, orang-orang yang sadar menolak dengan tegas makna-makna yang bertentangan dengan dasar-dasar keimanan tersebut. Jika ada seseorang yang menerimanya, berarti ia telah jatuh ke dalam lembah kesalahan dan berseberangan dengan kebenaran. | |||
Ya, Dzat yang mengelola semua urusan alam dan mengatur semua persoalannya secara mudah seperti mengelola istana atau rumah; Dzat yang menggerakkan bintang-bintang dan benda-benda langit seperti menggerakkan atom dengan penuh hikmah dan sangat gampang; dan Dzat yang semua atom tunduk pada-Nya, bekerja sesuai perintah-Nya, dan patuh terhadap hukum-Nya; Dialah Allah Yang Mahasuci!Sebagaimana Dia suci dari segala bentuk kemusyrikan; tidak memiliki sekutu, lawan, dan padanan, Dia juga tidak memiliki bentuk, tidak ada yang mirip dengan-Nya, dan tidak ada yang menyeru- pai-Nya, sesuai dengan ayat al-Qur’an:“Tidak ada yang serupa dengan-Nya, Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat” (QS. asy-Syurâ [42]: 11).Namun demikian, semua kondisi-Nya, seluruh sifat-Nya, serta semua nama-nama-Nya harus dilihat dengan kacamata perumpamaan dan alegori, sesuai dengan kandungan ayat yang berbunyi:“Dia memiliki perumpamaan yang paling tinggi di langit dan di bumi. Dia Mahamulia dan Mahabijaksana. (QS. ar-Rûm [30]: 27).Artinya, perumpamaan dan alegori tersebut dipakai dalam memperhatikan segala kondisi-Nya. | |||
Nah, Hadis Nabi di atas memiliki maksud mulia yang sa- ngat banyak. Di antaranya bahwa manusia tercipta dalam suatu bentuk yang menampakkan manifestasi nama ar-Rahmân secara utuh. Pada rahasia-rahasia sebelumnya, kami telah menjelaskan bahwa se- bagaimana nama ar-Rahmân tampak dari pancaran tampilan seribu satu nama Allah yang ada pada wajah alam semesta, dan sebagaimana ar-Rahmân terpampang dalam manifestasi rubûbiyah-Nya yang tak terhingga yang terdapat di muka bumi, maka demikian pula Allah memperlihatkan hal itu pada manusia dalam skala yang lebih kecil. Sementara, yang Allah tampakkan di bumi dan di alam bentuknya lebih luas dan lebih besar.Dalam Hadis Nabi di atas terdapat sebuah isyarat bahwa dalam diri manusia dan makhluk hidup lainnya ada berbagai tampilan yang menunjukkan sifat kasih sayang Allah, ia berposisi sebagai cermin yang menampakkan manifestasi Allah. Posisi manusia sebagai bukti atas Allah sangat jelas dan kuat, di mana kejelasan dan kekuatannya menyerupai cermin yang memantulkan bayangan matahari. | |||
Sebagaimana cermin tadi bisa disebut matahari sebagai isyarat bahwa ia sangat terang dan betul-betul menunjukkan keberadaan matahari, demikian pula kita bisa mengatakan—seperti yang telah disebutkan oleh Hadis Nabi di atas—bahwa dalam diri manusia ter- dapat gambaran ar-Rahmân. Hal itu sebagai isyarat bahwa manusia benar-benar menunjukkan nama ar-Rahmân, sangat sesuai dengan nama-Nya itu, serta mempunyai ikatan yang kuat dengan-Nya. Atas dasar itulah kalangan moderat dari penganut paham Wahdatul wu- jud berkata, “Lâ Maujûda Illâ Huwa” (Yang ada hanyalah Dia) sebagai perlambang adanya kesesuaian yang sempurna. | |||
Wahai Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, de- ngan kebenaran Bismillâhirrahmânirrahîm, kasihi kami sesuai dengan sifat kasih-Mu. Beri kami pemahaman tentang berbagai rahasia Bismillâhirrahmânirrahîm sesuai dengan sifat sayang-Mu. | |||
< | <span id="Altıncı_Sır"></span> | ||
=== | ===Rahasia Keenam=== | ||
Wahai manusia yang berkutat dalam kelemahan dan kepapaan, jika engkau ingin memahami rahmat Allah sebagai perantara yang paling agung dan pembela yang paling bisa diharapkan, maka ketahuilah bahwa: | |||
Rahmat tersebut merupakan perantara yang paling kuat untuk bisa sampai kepada Penguasa Yang Mahaagung, yang bintang dan atom secara bersama-sama tunduk kepada-Nya sebagai prajurit yang patuh dalam segenap keteraturan yang sempurna. Penguasa Yang Agung dan Mulia tersebut adalah Pemelihara alam semesta yang tak pernah meminta bantuan seluruh makhluk-Nya. Dia adalah Mahakaya dan Mahamutlak yang sama sekali tidak pernah membutuhkan makhluk dan alam semesta dari aspek apa pun, di mana seluruh alam semesta di bawah perintah dan pengaturan-Nya, taat pada kebesaran dan keperkasaan-Nya, serta merendahkan diri pada keagungan-Nya. | |||
Wahai manusia, rahmat tersebut bisa mengangkat derajatmu untuk sampai kepada Dzat Yang Kaya dan bisa membuatmu menjadi “kekasih” Sang Penguasa Abadi Yang Agung itu. Bahkan, ia bisa men- gangkatmu menuju kedudukan hamba yang mendapat seruan-Nya yang agung serta menjadikanmu sebagai hamba yang dimuliakan dan dicintai oleh-Nya.Akan tetapi, sebagaimana engkau tidak akan sampai ke matahari karena engkau jauh darinya, bahkan engkau takkan bisa mendekat kepadanya. Cahayanya hanya bisa memberikan tampilan dan gambaran matahari tersebut kepadamu lewat perantaraan cermin. Demikian pula, kita sangat jauh dari Dzat yang Mahasuci, Matahari azali dan Abadi, tidak bisa mendekati-Nya, tetapi cahaya rahmat Allah membuat Dia dekat kepada kita. | |||
Wahai manusia, siapa yang berhasil mendapatkan rahmat tersebut berarti telah berhasil mendapatkan kekayaan besar yang tak akan pernah habis. Adapun cara untuk sampai kepada kekayaan tersebut, ketahuilah: | |||
Perwujudan rahmat Allah yang paling bersinar, sosok yang paling mencerminkan rahmat tersebut, lisan terfasih yang menuturkannya, orang termulia yang menyerukannya, dan sosok yang oleh al-Qur’an disebut sebagai nabi rahmatan lil-‘âlamîn (rahmat bagi semesta alam), yaitu Rasul kita yang tercinta, Muhammad. Nah, cara untuk sampai kepada kekayaan tersebut adalah mengikuti Sunnah- nya yang suci. Lalu bagaimana cara untuk sampai kepada Rasul tercinta , dan apa sarananya?Ketahuilah bahwa sarana untuk sampai kepada beliau adalah bersalawat. Ya, salawat kepada beliau bermakna rahmat. Mempersembah- kan salawat kepada beliau berarti meminta rahmat untuk “rahmat konkret dan hidup” itu. Ia merupakan sarana untuk sampai kepada sosok yang menjadi rahmat bagi alam semesta ini.Wahai manusia, jadikanlah salawatmu kepada Nabi sebagai sarana untuk sampai kepada beliau. Lalu, berpegang teguhlah padanya agar bisa mengantarkanmu menuju rahmat Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sesungguhnya doa dan salawat seluruh umat yang ditujukan kepada Rasul itu menegaskan betapa bernilainya rahmat tersebut, betapa pentingnya anugerah Ilahi tersebut, serta betapa luas dan agung kedudukannya. | |||
'''Kesimpulan''' | |||
''' | Penjaga pintu kekayaan rahmat Ilahi dan sosok termulia yang menyerukannya adalah Rasul. Sebagaimana kunci termulia untuk membuka kekayaan tersebut adalah kalimat Basmalah, Bismillâhirrahmânirrahîm, dan pembuka paling lembut adalah salawat atas Rasul. | ||
“Ya Allah, dengan kebenaran rahasia Bismillâhirrahmânirrahîm, limpahkanlah salawat atas sosok yang Engkau utus sebagai rahmat bagi alam semesta, sesuai dengan rahmat-Mu dan kemuliaannya; juga atas keluarga dan seluruh sahabatnya. | |||
Kasihilah kami dengan kasih yang membuat kami tak membutuhkan belas kasih selain-Mu. Amin.” | |||
سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ | سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ | ||
------ | ------ | ||
<center> [[On Üçüncü Lem'a]] ⇐ [[Lem'alar]] | ⇒ [[On Beşinci Lem'a]] </center> | <center> [[On Üçüncü Lem'a/id|CAHAYA KETIGA BELAS]] ⇐ | [[Lem'alar/id|Al-Lama’ât]] | ⇒ [[On Beşinci Lem'a/id|CAHAYA KELIMA BELAS]] </center> | ||
------ | ------ | ||
düzenleme