On Beşinci Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

    Risale-i Nur Tercümeleri sitesinden
    ("===Tingkat Ketiga===" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
    ("------ <center> KALIMAT KEEMPAT BELAS ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KEENAM BELAS </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
     
    (Aynı kullanıcının aradaki diğer 19 değişikliği gösterilmiyor)
    33. satır: 33. satır:
    ===Tingkat Ketiga===
    ===Tingkat Ketiga===


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kondisi langit yang diam, teratur, luas, dan bercahaya menun- jukkan bahwa penduduknya tidak seperti penduduk bumi. Akan tetapi, seluruh penduduk langit taat melaksanakan perintah. Karena itu, tidak ada hal yang melahirkan kebisingan dan perselisihan, sebab kerajaannya sangat luas. Mereka tercipta dalam kondisi bening dan bersih, bebas dari dosa. Kedudukan mereka juga tetap, tidak seper- ti bumi yang menjadi tempat berkumpul antara yang baik dan buruk sehingga menimbulkan perselisihan yang menyebabkan adanya gun- cangan, masalah dan konflik.
    Semanın sükût ve sükûneti ve intizam ve ıttıradı ve vüs’at ve nuraniyeti gösterir ki sekenesi, zeminin sekenesi gibi değiller; belki bütün ahalisi mutîdirler. Ne emrolunsa onu işlerler. Müzahame ve münakaşayı icab edecek bir sebep yoktur. Zira memleket geniş, fıtratları safi, kendileri masum, makamları sabittir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dengan itu, terbukalah pintu ujian dan persaingan sehingga mulia-hinanya makhluk bisa terlihat.
    Evet, zeminde ezdad içtima etmiş, eşrar ahyara karışmış, içlerinde münakaşat başlamış; o sebepten ihtilafat ve ızdırabat düşmüş ve ondan imtihanat ve müsabakat teklif edilmiş ve ondan terakkiyat ve tedenniyat çıkmış. Şu hakikatin hikmeti şudur ki:
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Hikmah dari hakikat ini adalah bahwa manusia merupakan buah akhir dari pohon penciptaan. Seperti diketahui bahwa buah merupa- kan unsur terjauh, terlengkap, dan terhalus dari pohon. Karena itu, manusia yang berupa buah alam merupakan kreasi qudrah rabbani yang paling komprehensif dan paling menakjubkan sekaligus yang paling lemah dan paling halus. Dari sini, tempat tinggal manusia yaitu bumi menjadi sepadan dengan langit dari sisi makna dan penciptaan. Meskipun bumi kecil dan kerdil dibanding langit, namun ia merupakan jantung dan pusat alam. Bumi merupakan galeri seluruh mukjizat kreasi Ilahi, tempat manifestasi Asmaul Husna, pantulan aktivitas rabbani yang bersifat mutlak, serta tempat berkumpul makhluk-makhluk Ilahi dengan wu- jud mutlak, terutama bumi yang menampilkan begitu banyak tumbu- han dan hewan. Ia merupakan miniatur dari galeri ciptaan di alam akhirat, pabrik yang bekerja dengan sangat cepat untuk memproduksi kreasi abadi dan pentas yang terus berganti dengan cepat. Bumi juga ladang sempit yang temporer untuk menumbuhkan benih-benih ke- bun yang kekal abadi.
    Beşer, şecere-i hilkatin en son cüzü olan meyvesidir. Malûmdur ki bir şeyin semeresi en uzak en cem’iyetli en nazik en ehemmiyetli cüzüdür. İşte bunun için semere-i âlem olan insan en câmi’ en bedî’ en âciz en zayıf ve en latîf bir mu’cize-i kudret olduğundan, beşiği ve meskeni olan zemin, âsumana nisbeten maddeten küçüklüğüyle ve hakaretiyle beraber manen ve sanaten bütün kâinatın kalbi, merkezi, bütün mu’cizat-ı sanatın meşheri, sergisi ve bütün tecelliyat-ı esmasının mazharı, nokta-i mihrakıyesi ve nihayetsiz faaliyet-i Rabbaniyenin mahşeri ve ma’kesi ve hadsiz hallakıyet-i İlahiyenin, hususan nebatat ve hayvanatın kesretli enva-ı sağiresinde cevvadane icadın medar ve çarşısı ve pek geniş âhiret âlemlerindeki masnuatın küçük mikyasta numunegâhı ve mensucat-ı ebediyenin süratle işleyen tezgâhı ve menazır-ı sermediyenin süratle değişen taklitgâhı ve besatin-i daimenin tohumcuklarına süratle sümbüllenen dar ve muvakkat mezraası ve terbiyegâhı olmuştur.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dari keagungan maknawi bumi(*<ref>*Ya, meski bumi ini kecil, namun bisa menyamai langit. Sebab, bisa dikatakan bah- wa mata air yang terus mengalir lebih besar daripada telaga yang tidak ada pemasukan air. Selain itu, jika sesuatu ditimbang dengan timbangan, kemudian diletakkan, lalu hasilnya ditimbang dengan timbangan yang sama, dan diletakkan juga, meski ia seribu kali lebih besar daripada timbangan itu sendiri, namun tetap saja timbangan tadi bisa menimbang- nya. Demikian pula dengan bumi. Allah menjadikan bumi sebagai galeri ciptaan-Nya, poros hikmah-Nya, manifestasi qudrah-Nya, tempat tumbuh rahmat-Nya, ladang sur- ga-Nya, dan timbangan entitas (satuan standar bagi alam makhluk). Dia menjadikannya sebagai mata air yang berlimpah mengeluarkan entitas menuju lautan masa lalu dan alam gaib. Dia menciptakannya dengan mengganti pakaiannya setiap tahun lewat kreasi cip- taan-Nya. Dia menggantikan yang satu dengan yang lain melalui ratusan ribu jenis dan bentuk.
    İşte arzın '''(Hâşiye<ref>'''Hâşiye:''' Evet, küre-i arz küçüklüğüyle beraber semavata karşı gelebilir. Çünkü nasıl ki daimî bir çeşme, vâridatsız büyük bir gölden daha büyük denilebilir. Hem bir ölçek ile bir şey ölçerek başka yere nakledilen ve onun elinden geçmiş ve ona girmiş çıkmış bir mahsulatla, zâhiren binler defa ölçekten büyük ve dağ gibi bir cisimle o ölçek muvazeneye çıkabilir. <br> Aynen öyle de küre-i arz, Cenab-ı Hak onu sanatına bir meşher ve icadına bir mahşer ve hikmetine medar ve kudretine mazhar ve rahmetine mezher ve cennetine mezraa ve hadsiz kâinata ve mahlukat âlemlerine ölçek ve mazi denizlerine ve gayb âlemine akacak bir çeşme hükmünde icad etmiş. Her sene kat kat ve katmerli yüz bin tarzda, masnuattan dokunmuş gömleklerini değiştirdiği ve çok defa dolup maziye boşaltarak gayb âlemine döktüğü bütün o müteceddid âlemleri ve arzın müteaddid gömleklerini nazara al, yani bütün mazisini hazır farz et. Sonra yeknesak ve bir derece basit semavata karşı muvazene et. Göreceksin ki arz, ziyade gelmezse noksan da kalmaz. İşte رَبُّ السَّمٰوَاتِ وَالْاَرْضِ sırrını anla. </ref>)'''bu azamet-i maneviyesinden ve ehemmiyet-i san’aviyesindendir ki Kur’an-ı Hakîm, semavata nisbeten, büyük bir ağacın küçük bir meyvesi hükmünde olan arzı, bütün semavata denk tutuyor. Onu bir kefede, bütün semavatı bir kefede koyuyor. Müker­reren رَبُّ السَّمٰوَاتِ وَ ال۟اَر۟ضِ der.
    Sekarang perhatikan alam yang begitu banyak yang tertuang dalam alam gaib ser- ta beragam pakaian yang dipakai dan dilepaskan oleh bumi. Yakni, bayangkan seluruh isi muka bumi hadir, lalu bandingkan dengan langit yang berada pada satu pola dan ti- dak kompleks, kemudian bandingkan antara keduanya, tentu engkau akan melihat bumi, meskipun tidak lebih berat daripada langit, namun ia tidak lebih ringan darinya. Dari sini engkau dapat memahami rahasia ayat yang berbunyi (رَبُّ السَّمٰوَاتِ وَالْاَرْضِ) ‘Tuhan pemelihara langit dan bumi’—Penulis.</ref>)dan urgensinya dilihat dari sudut penciptaan, al-Qur’an menjadikannya sebagai padanan bagi la- ngit meski dibanding langit ia merupakan buah kecil dengan pohonnya yang besar. Ia meletakkannya di satu sisi timbangan dan meletakkan
    </div>
    langit di sisi timbangan yang lain. Karena itu, al-Qur’an mengulang- ulang ayat yang berbunyi (رَبُّ السَّمٰوَاتِ وَ ال۟اَر۟ضِ) ‘Tuhan pemelihara langit dan bumi’.


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Lalu perubahan bumi yang demikian cepat dan transformasinya yang berlangsung secara terus-menerus menuntut adanya perubahan yang sama pada penduduk dan penghuninya.Di samping itu, meskipun bumi terbatas, ia mendapatkan ma- nifestasi qudrah Ilahi yang bersifat mutlak. Hal itu dengan tidak ada- nya pembatasan kekuatan penghuninya, yaitu jin dan manusia dengan batasan fitri atau ukuran alami sebagaimana pada makhluk hidup lainnya. Karena itu, bumi menjadi pentas bagi kondisi naik dan turun yang tak terhingga. Mulai dari Nabi, wali, hingga para namrud yang zalim dan setan, bumi menjadi lahan ujian yang sangat luas. Jika de- mikan, setan-setan yang bersifat Firaun tentu melemparkan batu ke langit beserta penghuninya.
    Hem arzın şu mezkûr hikmetlerden neş’et eden süratli tahavvülü ve devamlı tagayyürü iktiza eder ki sekenesi de ona göre mazhar-ı tahavvülat olsun. Hem şu mahdud arz, hadsiz mu’cizat-ı kudrete mazhar olduğundandır ki en mühim sekeneleri olan ins ve cinnin kuvalarına, sair zîhayatlar gibi fıtrî bir had ve hulkî bir kayıt konulmadığı için nihayetsiz terakki ve nihayetsiz tedenniye mazhar olmuştur. Enbiyadan, evliyadan tut tâ nemrutlara tâ şeytanlara kadar uzun bir meydan-ı imtihanları peyda olmuştur. Madem öyledir, elbette firavunlaşmış şeytanlar, hadsiz şeraretiyle semaya ve ehline taş atacaklar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    <span id="Dördüncü_Basamak:"></span>
    === Dördüncü Basamak: ===
    ===Tingkat Keempat===
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dzat Yang Mahaagung yang merupakan Tuhan, pengatur dan pencipta semesta alam memiliki nama-nama mulia yang banyak di mana hukum dan atributnya berbeda-beda. Nama, atribut, dan sifat yang menuntut pengiriman malaikat untuk ikut berperang dalam bari- san sahabat bersama Rasul x saat menghadapi kaum kafir merupa- kan nama dan atribut yang sama di mana ia menuntut adanya perang antara malaikat dan setan serta pertarungan antara penduduk langit yang baik dan penduduk bumi yang jahat. Dzat Mahakuasa yang na- pas dan jiwa orang kafir berada dalam genggaman qudrah-Nya tidak membinasakan mereka dengan suatu suara dan perintah-Nya. Namun ia membuka medan ujian dan peperangan atas nama rububiyah-Nya yang bersifat umum serta dengan nama-Nya, al-Hakîm (Yang Mahabi- jak) dan al-Mudabbir (Yang Maha Menata).
    Bütün âlemlerin Rabb’i ve Müdebbir’i ve Hâlık’ı olan Zat-ı Zülcelal’in, ahkâmları ayrı ayrı pek çok namları ve unvanları ve esma-i hüsnası vardır. Mesela, Ashab-ı Nebi safında küffara karşı muharebe etmek için melâikeleri göndermesini iktiza eden hangi isim ve unvan ise o isim ve unvan iktiza eder ki melâike ile şeyatîn ortasında muharebe bulunsun ve ahyar-ı semaviyyîn ve eşrar-ı arzîn mabeynlerinde mübareze olsun. Evet, küffarın nüfus ve enfasları kabza-i kudretinde olan Kadîr-i Zülcelal, bir emir ile bir sayha ile onları mahvetmiyor. Rububiyet-i âmme unvanıyla, Hakîm ve Müdebbir ismiyle bir meydan-ı imtihan ve mübareze açıyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sekadar contoh, kita melihat raja memiliki sejumlah simbol dan nama yang berbeda sesuai dengan wilayah pemerintahannya. Wilayah keadilannya menyebutnya dengan nama al-Hâkim al-Âdil (penguasa yang adil), wilayah kemiliterannya mengenalnya dengan nama al-Qâid al-‘Âm (panglima besar), wilayah agamanya mengetahuinya dengan nama al-Khalîfah (khalifah), wilayah formalitasnya menyebutnya dengan nama Sultan, rakyat yang taat kepada raja mengenalnya dengan nama Raja yang memiliki kasih sayang, sementara para pembangkang menyebutnya dengan al-Hâkim al-Qahhâr (penguasa yang kejam). Demikian seterusnya.Raja yang mulia yang berkuasa atas seluruh rakyat itu tidak akan membinasakan seorang yang lemah, yang membangkang dan hina dengan perintahnya. Namun ia akan menggiringnya ke pengadilan atas nama penguasa yang adil. Kemudian sang raja tidak memberikan ta- tapan penghormatan kepada salah seorang pegawainya yang layak atas hal itu sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Ia hanya membu- ka pentas perlombaan serta menyiapkan sambutan formal. Ia meme- rintahkan menterinya serta mengajak rakyat untuk menyaksikan per- lombaaan tersebut. Selanjutnya, ia akan memberikan balasan kepada si pegawai tadi atas nama lembaga negara dan pemerintah. Ia meng- umumkan balasan yang diberikan di pentas tadi sebagai balasan atas sikapnya yang konsisten. Yakni, ia memuliakannya di hadapan banyak orang terpandang setelah melewati ujian yang berat guna menegaskan kelayakannya di hadapan mereka.
    Temsilde hata olmasın, görüyoruz ki nasıl ki bir padişahın daire-i hükûmeti itibarıyla ayrı ayrı pek çok unvanları, isimleri bulunur. Mesela, daire-i adliye onu “hâkim-i âdil” namıyla yâd eder. Daire-i askeriye onu “kumandan-ı a’zam” namıyla bilir. Daire-i meşihat onu “halife” ismiyle zikreder. Daire-i mülkiye onu “sultan” namıyla tanır. Mutî ahali ona “merhametkâr padişah” derler. Âsi insanlar ona “kahhar hâkim” derler. Daha bunlara kıyas et. İşte bazı vakit oluyor ki bütün ahali onun elinde olan o padişah-ı âlî; âciz, zelil bir âsiyi bir emir ile idam etmiyor. Belki “hâkim-i âdil” ismiyle onu mahkemeye gönderir. Hem muktedir hem sadık bir memurunu taltife liyakatini biliyor. Fakat hususi ilmiyle, hususi telefonuyla onu taltif etmiyor. Belki haşmet-i saltanat ve tedbir-i hükûmet unvanıyla mükâfata istihkakını teşhir etmek için bir meydan-ı müsabaka açar. Vezirine emreder, ahaliyi temaşaya davet eder. Bir istikbal-i siyasî yaptırır. Muhteşem bir imtihan-ı ulvi neticesinde, bir mecma-ı âlîde onu taltif eder, liyakatini ilan eder. Daha başka cihetleri bunlara kıyas et.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Demikianlah, Allah وَ لِلّٰهِ ال۟مَثَلُ ال۟اَع۟لٰى memiliki nama-nama yang banyak. Dia memiliki sifat dan simbol yang sangat banyak dengan berbagai ma- nifestasi mulia dan tampilan yang indah. Nama, atribut, dan sifat yang menuntut keberadaan cahaya dan kegelapan, musim panas dan dingin, serta surga dan neraka, juga menuntut adanya hukum perseteruan yang bersifat komprehensif sebagaimana hukum reproduksi, hukum perlombaan, hukum kerjasama, serta berbagai hukum universal lain yang sejenis. Dengan kata lain, ia menuntut adanya hukum persete- ruan yang umum, mulai dari antara ilham dan bisikan yang beredar di seputar kalbu, hingga perseteruan antara malaikat dan setan di ufuk langit.
    İşte وَ لِلّٰهِ ال۟مَثَلُ ال۟اَع۟لٰى ezel ve ebed Sultanı’nın pek çok esma-i hüsnası vardır. Tecelliyat-ı celaliye ve tezahürat-ı cemaliye ile pek çok şuunatı ve unvanları vardır. Nur ve zulmet, yaz ve kış, cennet ve cehennemin vücudunu iktiza eden isim ve unvan ve şe’n ise kanun-u tenasül, kanun-u müsabaka, kanun-u teavün gibi pek çok umumî kanunlar misillü kanun-u mübarezenin dahi bir derece ta’mimini isterler. Kalp etrafındaki ilhamat ve vesveselerin mübarezelerinden tut, tâ sema âfakında melâike ve şeytanların mübarezesine kadar o kanunun şümulünü iktiza eder.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    <span id="Beşinci_Basamak:"></span>
    === Beşinci Basamak: ===
    ===Tingkat Kelima===
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Selama perjalanan dari bumi menuju langit serta kepulangan darinya berlaku, maka turun dari langit dan naik menuju kepadanya juga terjadi. Bahkan segala kebutuhan bumi dikirim dari sana. Lalu karena roh yang baik bergerak dari bumi menuju langit, maka roh yang buruk berusaha meniru yang baik untuk naik menuju langit. Halitu karena tubuh mereka juga ringan dan halus. Tidak diragukan lagi bahwa mereka diusir dari langit lantaran memiliki tabiat yang buruk.
    Madem arzdan semaya gidip gelmek var. Semadan arza inip çıkmak oluyor. Ehemmiyetli levazımat-ı arziye, oradan gönderiliyor. Ve madem ervah-ı tayyibeler semaya gidiyorlar. Elbette ervah-ı habîse dahi ahyarı takliden semavat memleketine gitmeye teşebbüs edecekler. Çünkü vücudca letafet ve hiffetleri var. Hem şüphesiz tard ve reddedilecekler. Çünkü mahiyetçe şeraret ve nühusetleri vardır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Simbol dari interaksi penting dan perseteruan maknawi tersebut sudah pasti terdapat di alam nyata. Sebab, hikmah kekuasaan rububi- yah menuntut adanya petunjuk atas berbagai aktivitas gaib Ilahi yang penting agar dapat dilihat oleh makhluk yang memiliki perasaan, ter- utama manusia yang mengemban tugas termulia, yaitu menyaksikan, bersaksi, berdakwah, dan mengawasi. Sebagaimana Allah menja- dikan hujan sebagai petunjuk bagi mukjizat musim semi, serta men- jadikan sebab-sebab lahiriah sebagai tanda bagi berbagai kreasi-Nya yang luar biasa dengan memosisikan penduduk alam nyata sebagai saksi atasnya, maka sudah pasti Dia menarik perhatian seluruh pen- duduk langit dan bumi kepada pentas menakjubkan di atas. Dia menampilkan langit yang besar laksana benteng kukuh yang gugusan- nya dilengkapi dengan para penjaga. Atau memperlihatkannya laksana kota ramai dan membuat makhluk bertafakur atas rububiyah-Nya.
    Hem bilâ-şek velâ şüphe, şu muamele-i mühimmenin ve şu mübareze-i maneviyenin âlem-i şehadette bir alâmeti, bir işareti bulunacaktır. '''Çünkü saltanat-ı rububiyetin hikmeti iktiza eder ki zîşuur için bâhusus en mühim vazifesi müşahede ve şehadet ve dellâllık ve nezaret olan insan için tasarrufat-ı gaybiyenin mühimlerine bir işaret koysun, birer alâmet bıraksın.''' Nasıl ki nihayetsiz bahar mu’cizatına yağmuru işaret koymuş ve havârık-ı sanatına esbab-ı zâhiriyeyi alâmet etmiş. Tâ âlem-i şehadet ehlini işhad etsin. Belki o acib temaşaya, umum ehl-i semavat ve sekene-i arzın enzar-ı dikkatlerini celbetsin. Yani o koca semavatı, etrafında nöbettarlar dizilmiş, burçları tezyin edilmiş bir kale hükmünde, bir şehir suretinde gösterip haşmet-i rububiyetini tefekkür ettirsin.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ketika pemberitahuan atas adanya perseteruan dan perang terse- but menjadi tuntutan hikmah, keberadaan petunjuk atasnya menja- di sebuah keniscayaan. Karena kejadian apa pun yang berlangsung di angkasa dan langit tidak bisa disaksikan, maka apa yang telah kita sebutkan di atas merupakan petunjuk paling tepat atasnya. Sebab, ke- jadian yang terkait dengan bintang, misalnya pelemparan meteor yang menyerupai penembakan meriam serta pengiriman panah api dari benteng yang tinggi memberikan pemahaman secara jelas betapa ia sangat sesuai bagi setan untuk dilempar dengan meteor. Hikmah dan tujuan inilah yang bisa dipahami dari kasus pelemparan setan terse- but. Peristiwa yang lain berbeda dengan kasus di atas. Di samping itu pelemparan setan merupakan peristiwa yang sudah dikenal sejak
    Madem şu mübareze-i ulviyenin ilanı, hikmeten lâzımdır. Elbette ona bir işaret vardır. Halbuki hâdisat-ı cevviye ve semaviye içinde şu ilana münasip hiçbir hâdise görünmüyor. Bundan daha ensebi yoktur. Zira yüksek kalelerin muhkem burçlarından atılan mancınıklar ve işaret fişeklerine benzeyen şu hâdisat-ı necmiye, bu recm-i şeytana ne kadar enseb düştüğü bedaheten anlaşılır. Halbuki şu hâdisenin, bu hikmetten ve şu gayeden başka ona münasip bir hikmeti bilinmiyor. Sair hâdisat öyle değil. Hem şu hikmet, zaman-ı Âdem’den beri meşhurdur ve ehl-i hakikat için meşhuddur.
    zaman Nabi Adam dan telah disaksikan oleh ahli hakikat.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    <span id="Altıncı_Basamak:"></span>
    === Altıncı Basamak: ===
    ===Tingkat Keenam===
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ketika manusia dan jin memiliki potensi yang tak terhingga untuk berbuat buruk dan membangkang, maka keduanya mampu melakukan perbuatan yang melampaui batas secara tak terbatas. Kare- na itu, al-Qur’an mencegah jin dan manusia lewat retorika dan gaya bahasanya yang cemerlang, serta memberikan perumpamaan penting.Dengan itu, al-Qur’an memberikan ancaman keras kepada jin dan manusia untuk tidak melampaui batas sekaligus menghentak seluruh alam.Misalnya, firman Allah yang berbunyi:
    Beşer ve cin, nihayetsiz şerre ve cühuda müstaid olduklarından nihayetsiz bir temerrüd ve bir tuğyan yaparlar. İşte bunun için Kur’an-ı Kerîm, öyle i’cazkâr bir belâgatla ve öyle âlî ve bâhir üsluplarla ve öyle gâlî ve zâhir temsiller ve mesellerle ins ve cinni isyandan ve tuğyandan zecreder ki kâinatı titretir. Mesela:
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    “Wahai golongan jin dan manusia, jika kalian sanggup menem- bus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah! Kalian tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. Maka nikmat Tuhan ka- lian yang manakah yang kalian dustakan? Kepada kalian dilepaskan nyala api dan cairan tembaga sehingga kalian tidak dapat menyelamat- kan diri (darinya).” (QS. ar-Rahmân [55]: 33-35).Perhatikan ancaman yang sangat keras pada ayat di atas! Bagaima- na ia menghancurkan sikap keras kepala jin dan manusia dengan re- torika yang menakjubkan. Ia mengumumkan kelemahan mereka serta menjelaskan tingkat kepapaan mereka dalam menghadapi keagungan kekuasaan-Nya dan keluasan rububiyah-Nya. Seakan-akan ayat terse- but dan ayat lain yang berbunyi (وَجَعَل۟نَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطٖينِ) ‘Kami jadikan bin- tang-bintang itu alat pelempar setan’, (QS. al-Mulk: 5) mengatakan hal sebagai berikut:
    Ey ins ve cin! Emirlerime itaat etmezseniz haydi hudud-u mülkümden elinizden gelirse çıkınız, meseline işaret eden يَا مَع۟شَرَ ال۟جِنِّ وَال۟اِن۟سِ اِنِ اس۟تَطَع۟تُم۟ اَن۟ تَن۟فُذُوا مِن۟ اَق۟طَارِ السَّمٰوَاتِ وَال۟اَر۟ضِ فَان۟فُذُوا لَا تَن۟فُذُونَ اِلَّا بِسُل۟طَانٍ ۝ فَبِاَىِّ اٰلَٓاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ۝ يُر۟سَلُ عَلَي۟كُمَا شُوَاظٌ مِن۟ نَارٍ وَ نُحَاسٌ فَلَا تَن۟تَصِرَانِ ۝â yetindeki azametli inzara ve dehşetli tehdide ve şiddetli zecre dikkat et. Nasıl, ins ve cinnin gayet mağrurane temerrüdlerini, gayet mu’cizane bir belâgatla kırar. Aczlerini ilan eder. Saltanat-ı rububiyetin genişliği ve azameti nisbetinde ne kadar âciz ve bîçare olduklarını gösterir. Güya şu âyetle hem وَجَعَل۟نَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطٖينِ âyetiyle böyle diyor ki:
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    “Wahai manusia dan jin, wahai yang tertipu dan membangkang, wahai yang berkubang dalam kelemahan dan kepapaan! Wahai yang keras kepala dan menantang dalam kefakiran dan kelemahannya. Bagaimana mungkin kalian berani menentang perintah Sultan Yang Mahamulia dengan pembangkangan kalian, sementara bintang, bulan, dan matahari menaati perintah-Nya laksana prajurit yang me- nunggu perintah. Sementara dengan sikap yang melampaui batas, ka- lian hendak menantang Sang Penguasa Yang Mahaagung di mana Dia memiliki prajurit yang patuh. Mereka mampu menembakkan peluru seukuran gunung.
    “Ey hakareti içinde mağrur ve mütemerrid ve ey zaaf ve fakrı içinde serkeş ve muannid olan cin ve ins! Nasıl cesaret edersiniz ki isyanınızla öyle bir Sultan-ı Zîşan’ın evamirine karşı geliyorsunuz ki yıldızlar, aylar, güneşler emirber neferleri gibi emirlerine itaat ederler. Hem tuğyanınızla öyle bir Hâkim-i Zülcelal’e karşı mübareze ediyorsunuz ki öyle azametli mutî askerleri var, faraza şeytanlarınız dayanabilseler onları dağ gibi güllelerle recmedebilirler. Hem küfranınızla öyle bir Mâlik-i Zülcelal’in memleketinde isyan ediyorsunuz ki ibadından ve cünudundan öyleleri var ki değil sizin gibi küçücük âciz mahlukları, belki farz-ı muhal olarak dağ ve arz büyüklüğünde birer adüvv-ü kâfir olsaydınız, arz ve dağ büyüklüğünde yıldızları, ateşli demirleri, şüvazlı nühasları size atabilirler, sizi dağıtırlar. Hem öyle bir kanunu kırıyorsunuz ki o kanun ile öyleler bağlıdır, eğer lüzum olsa arzınızı yüzünüze çarpar. Gülleler gibi küreniz misillü yıldızları üstünüze yağdırabilirler.”
    Dengan sikap kufur itu kalian sebenarnya sedang menunjukkan penentangan dalam kerajaan Penguasa Yang Mahaagung di mana ia memiliki sejumlah pasukan besar yang mampu menembak para mu- suh yang kafir meski sebesar bumi dan gunung dengan berbagai pelu- ru api dan serpihan bara sehingga menjadi hancur berkeping-keping. Lalu bagaimana dengan makhluk yang lemah seperti kalian? Kalian melanggar hukum yang tegas di mana ia terkait dengan makhluk yang dengan izin Allah mampu melemparkan peluru seperti bintang kepa- da kalian.”
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, di dalam al-Qur’an al-Karim terdapat tekanan yang sangat penting. Ia tidak disebabkan oleh kekuatan musuh, tetapi kare- na sejumlah sebab lain.
    Evet, Kur’an’da bazı mühim tahşidat vardır ki düşmanların kuvvetli olduğundan ileri gelmiyor. Belki haşmetin izharı ve düşman şenaatinin teşhiri gibi sebeplerden ileri geliyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Misalnya untuk memperlihatkan keagungan uluhiyah dan menyingkap perbuatan musuh yang jahat. Lalu kadang kala ayat al-Qur’an memobilisasi sebab-sebab yang paling kuat untuk menghadapi sesuatu yang paling lemah. Ia mengaitkan antara kedua tanpa menafikan yang lemah. Hal itu guna menampakkan kesempur- naan tatanan yang ada, puncak keadilan, pengetahuan, dan kekuatan hikmah padanya. Misalnya Allah وَاِن۟ تَظَاهَرَا عَلَي۟هِ فَاِنَّ اللّٰهَ هُوَ مَو۟لٰيهُ وَجِب۟رٖيلُ وَصَالِحُ ال۟مُؤ۟مِنٖينَ وَال۟مَلٰٓئِكَةُ بَع۟دَ ذٰلِكَ ظَهٖيرٌ berfirman:“Jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, sesung- guhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang- orang mukmin yang baik. Selain dari itu, malaikat-malaikat adalah pe- nolongnya pula.” (QS. at-Tahrîm [66]: 4).
    Hem bazen kemal-i intizamı ve nihayet-i adli ve gayet-i hilmi ve kuvvet-i hikmeti göstermek için en büyük ve kuvvetli esbabı, en küçük ve zayıf bir şeye karşı tahşid eder ve üstünde tutar; düşürtmez, tecavüz ettirmez. Mesela, şu âyete bak: وَاِن۟ تَظَاهَرَا عَلَي۟هِ فَاِنَّ اللّٰهَ هُوَ مَو۟لٰيهُ وَجِب۟رٖيلُ وَصَالِحُ ال۟مُؤ۟مِنٖينَ وَال۟مَلٰٓئِكَةُ بَع۟دَ ذٰلِكَ ظَهٖيرٌ
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ayat di atas menjelaskan tingkat penghormatan yang pantas didapat Nabi x, sekaligus tingkat kasih sayang yang luas yang meli- puti seluruh hak istri. Penekanan di atas dengan kasih sayang menun- jukkan keagungan Nabi x di sisi Allah , serta urgensi pengaduan dua wanita yang lemah, serta sejauh mana perhatiannya terhadap hak mereka.
    Ne kadar Nebi hakkına hürmet ve ne kadar ezvacın hukukuna merhamet var. Şu mühim tahşidat, yalnız hürmet-i Nebinin azametini ve iki zaîfenin şekvalarının ehemmiyetini ve haklarının riayetini rahîmane ifade etmek içindir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    <span id="Yedinci_Basamak:"></span>
    === Yedinci Basamak: ===
    ===Tingkat Ketujuh===
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sebagaimana kondisi malaikat dan ikan, terdapat perbedaan yang sangat jauh di antara bintang. Di antara bintang ada yang sangat kecil dan ada pula yang sangat besar. Semua yang bersinar terang di langit disebut dengan bintang. Demikianlah, salah satu jenis bintang
    Melekler ve semekler gibi yıldızların dahi gayet muhtelif efradları vardır. Bir kısmı nihayet küçük, bir kısmı gayet büyüktür. Hattâ gökyüzünde her parlayana “yıldız” denilir. İşte bu yıldız cinsinden bir nev’i de nâzenin sema yüzünün murassa ziynetleri ve o ağacın münevver meyveleri ve o denizin müsebbih balıkları hükmünde; Fâtır-ı Zülcelal, Sâni’-i Zülcemal onları yaratmış ve meleklerine mesireler, binekler, menziller yapmıştır. Ve yıldızların küçük bir nevini de şeyatînin recmine âlet etmiş. İşte bu recm-i şeyatîn için atılan şahapların üç manası olabilir:
    berfungsi untuk menghias permukaan langit yang halus. Seakan-akan Tuhan Sang Pencipta Yang Mahaindah telah menciptakannya laksa- na buah yang bersinar terang dari pohon tersebut, laksana ikan yang bertasbih kepada Allah dari lautan yang luas, serta laksana ribuan kedudukan dari para malaikat-Nya. Selain itu, Dia menciptakan jenis bintang yang kecil sebagai alat untuk melempari setan. Meteor yang dikirim untuk melempar setan memiliki tiga makna:
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Pertama, ia merupakan lambang atau tanda adanya peperangan dalam wilayah wujud yang paling luas.
    '''Birincisi:''' Kanun-u mübareze, en geniş dairede dahi cereyan ettiğine remiz ve alâmettir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kedua, di langit terdapat para penjaga yang siap siaga dan taat. Meteor merupakan petunjuk dan pertanda ketidaksenangan prajurit Allah terhadap kedatangan makhluk bumi yang jahat dan upaya me- reka mencuri-curi informasi.
    '''İkincisi:''' Semavatta hüşyar nöbettarlar, mutî sekeneler var. Arzlı şerirlerin ihtilatından ve istima’larından hoşlanmayan cünudullah bulunduğuna ilan ve işarettir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ketiga, meteor tersebut ibarat meriam dan panah api yang di- tujukan untuk mengancam mata-mata setan yang ingin mencuri in- formasi di mana ia merupakan manifestasi puncak kejahatan bumi. Ia juga ditujukan untuk mengusir mereka dari pintu-pintu langit agar langit yang bersih, di mana ia merupakan tempat makhluk yang suci, tidak menjadi kotor. Dengan demikian, setan tak bisa memata-matai untuk kepentingan pihak yang jahat.
    '''Üçüncüsü:''' Muzahrefat-ı arziyenin mümessilât-ı habîseleri olan casus şeytanları, temiz ve temizlerin meskeni olan semayı telvis etmemek ve nüfus-u habîse hesabına tecessüs ettirmemek için edepsiz casusları korkutmak için atılan mancınıklar ve işaret fişekleri misillü, o şeytanları ebvab-ı semadan o şahaplarla red ve tarddır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Wahai astronom yang bersandar pada akal yang terbatas di mana cahayanya tidak lebih dari cahaya kunang-kunang! Wahai yang menu- tup mata dari cahaya mentari al-Qur’an! Perhatikan berbagai hakikat yang dijelaskan oleh ketujuh tingkat di atas. Perhatikan dan cermati- lah secara sekaligus. Tinggalkan cahaya akalmu dan perhatikan makna ayat al-Qur’an dalam bingkai cahaya mukjizatnya yang sangat terang seterang matahari. Raihlah bintang sebuah hakikat dari langit ayat di atas. Lalu lempari setan yang berada di otakmu dengannya. Kami juga melakukan hal yang sama. Marilah kita sama-sama mengucap:“Tuhan, aku berlindung dari bisikan setan.”Argumen yang kuat dan hikmah yang meyakinkan adalah milik Allah.
    İşte yıldız böceği hükmünde olan kafa fenerine itimat eden ve Kur’an güneşinden gözünü yuman kozmoğrafyacı efendi! Şu yedi basamaklarda işaret edilen hakikatlere birden bak. Gözünü aç, kafa fenerini bırak, gündüz gibi i’caz ışığı içinde şu âyetin manasını gör! O âyetin semasından bir hakikat yıldızı al, senin başındaki şeytana at, kendi şeytanını recmet! Biz dahi etmeliyiz ve رَبِّ اَعُوذُ بِكَ مِن۟ هَمَزَاتِ الشَّيَاطٖينِ beraber demeliyiz. فَلِلّٰهِ ال۟حُجَّةُ ال۟بَالِغَةُ وَ ال۟حِك۟مَةُ ال۟قَاطِعَةُ
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    “Mahasuci Engkau. Tidak ada yang kami ketahui, kecuali apa yang telah engkau ajarkan pada kami. Engkau Maha Mengetahui dan Mahabijaksana”.
    سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    <span id="On_Beşinci_Söz’ün_Zeyli"></span>
    == On Beşinci Söz’ün Zeyli ==
    ==LAMPIRAN KALIMAT KELIMA BELAS==
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    149. satır: 103. satır:
    </div>
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Argumen al-Qur’an yang Membungkam Setan dan Sekutunya(*<ref>*Catatan: Lampiran “Kalimat Kelima Belas” tentang “Argumen al-Qur’an yang membungkam setan dan sekutunya” bisa dirujuk pada Pembahasan Pertama dari “Surat Kedua Puluh Enam” dalam buku al-Maktûbât.</ref>)
    '''[[Yirmi_Altıncı_Mektup#Şeytanın_İkinci_Küçük_Bir_İtirazı|Şeytanın İkinci Küçük Bir İtirazı]]'''
    </div>




    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    ------
    ------
    <center> [[On Dördüncü Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[On Altıncı Söz]] </center>
    <center> [[On Dördüncü Söz/id|KALIMAT KEEMPAT BELAS]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[On Altıncı Söz/id|KALIMAT KEENAM BELAS]] </center>
    ------
    ------
    </div>

    13.54, 6 Kasım 2024 itibarı ile sayfanın şu anki hâli

    Diğer diller:


    بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

    “Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat, dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bin- tang itu alat-alat pelempar setan.”(QS. al-Mulk [67]: 5).

    Wahai yang mempelajari berbagai hal yang kosong dari nilai ruhiyah dalam ilmu astronomi di sekolah-sekolah modern di mana otaknya menjadi lemah dan akalnya turun ke mata sehingga tidak mampu menyerap rahasia agung dari ayat di atas. Ketauhilah bahwa untuk dapat naik menuju langit ayat mulia tersebut terdapat tangga yang memiliki tujuh tingkat. Marilah kita naik bersama-sama ke- padanya:

    Tingkat Pertama

    Hakikat dan hikmah mengharuskan langit memiliki penduduk yang sesuai dengannya sebagaimana halnya di bumi. Dalam istilah aga- ma jenis mereka disebut malaikat dan ruhaniyyûn (makhluk spiritual).

    Ya, hakikat menuntut hal tersebut. Sebab, dipenuhinya bumi— yang kecil dibanding langit—dengan makhluk hidup yang berakal ser- ta terisinya bumi waktu demi waktu dengan makhluk sejenis yang lain setelah pendahulu mereka berlalu menunjukkan dengan jelas bahwa langit yang memiliki gugusan bintang juga dipenuhi dengan makhluk yang berkesadaran dan berperasaan.Sebagaimana jin dan manusia, mereka juga menyaksikan istana alam ini dan menelaah kitab alam serta menjadi penyeru kekuasaan rububiyah Tuhan. Sebab, tindakan memperindah alam dengan dekora- si dan ukiran menakjubkan yang tak terhingga dengan jelas menun- tut adanya perhatian makhluk yang mau merenungi, mengapresiasi, menghargai dan mengagumi.

    Pasalnya, keindahan menuntut adanya pencinta, sebagaimana makanan diberikan kepada orang yang lapar. Nah, manusia dan jin hanya dapat menunaikan salah satu dari jutaan tugas yang tak terbatas itu dan tugas pengabdian yang demikian luas. Dengan kata lain, beragam tugas yang tak terhingga dan ibadah yang tak bertepi itu membutuhkan jenis malaikat dan ruhaniyyûn yang tak terbatas.

    Demikian pula berdasarkan sejumlah riwayat dan sesuai dengan konsekuensi hikmah keteraturan alam dapat dikatakan bahwa sejum- lah benda yang beredar, mulai dari planet hingga tetesan air merupa- kan tunggangan sebagian malaikat. Dengan izin Ilahi mereka menaiki benda tersebut, serta berkeliling di alam nyata dan menyaksikannya. Selain itu, dapat dikatakan pula bahwa sebagian fisik hewani, mulai dari burung surga yang disebut “burung hijau” sebagaimana dinya- takan dalam hadis Nabi x,(*[1])hingga lalat dan nyamuk di bumi, me- rupakan pesawat bagi jenis makhluk ruhaniyyûn tadi. Makhluk terse- but masuk ke dalam badannya dengan perintah Allah, al-Haq, seraya menyaksikan alam jasmani. Lewat jendela indra makhluk itu ia meli- hat mukjizat fitrah jasmani tersebut.

    Tuhan Sang Pencipta Yang Maha Pemurah yang secara terus-me- nerus menciptakan berbagai makhluk yang memiliki kesadaran, dan menciptakan kehidupan yang lembut dari tanah padat dan air keruh, sudah tentu Dia memiliki makhluk yang berperasaan. Dia mencip- takannya dari lautan cahaya, bahkan dari lautan kegelapan, di mana ia lebih layak dan lebih sesuai bagi roh dan kehidupan. Lebih dari itu, ia terdapat dalam jumlah yang sangat banyak.Engkau bisa merujuk risalah “Setitik Cahaya Makrifatullah”(*[2])dan “Kalimat Kedua Puluh Sembilan” yang secara khusus menegaskan keberadaan malaikat dan ruhaniyyûn lainnya. Kami telah menegaskan keberadaan mereka dengan dalil yang sangat kuat.

    Tingkat Kedua

    Bumi dan langit saling berhubungan sebagaimana hubungan antara dua wilayah dalam satu negara. Di antara keduanya terdapat hubungan yang sangat kuat dan interaksi yang penting. Sesuatu yang penting bagi bumi seperti cahaya, hawa panas, keberkahan, rahmat dan sejenisnya semuanya datang dari langit ke bumi. Dengan kata lain, ia dikirim dari sana. Demikian pula, dengan berdasarkan konsensus seluruh agama samawi yang bersandar kepada wahyu Ilahi, serta de- ngan berdasarkan riwayat mutawatir yang berasal dari hasil penyak- sian seluruh ahli kasyaf, seluruh malaikat dan ruhaniyyûn datang dari langit menuju bumi.

    Dari sana diduga kuat bahwa seluruh penduduk bumi memili- ki jalan untuk naik ke langit. Sebab, sebagaimana akal, khayalan, dan pandangan setiap orang bisa naik ke langit setiap waktu, roh para nabi dan wali yang ringan dengan dilepaskannya beban mereka serta roh orang mati yang melepaskan jasad mereka dengan izin Allah bisa naik ke langit. Nah, ketika mereka yang ringan dan halus itu bisa pergi ke sana, maka sudah pasti makhluk yang mengenakan fisik alam mitsal serta makhluk halus lainnya yang menempati bumi dan udara dapat pergi ke langit.

    Tingkat Ketiga

    Kondisi langit yang diam, teratur, luas, dan bercahaya menun- jukkan bahwa penduduknya tidak seperti penduduk bumi. Akan tetapi, seluruh penduduk langit taat melaksanakan perintah. Karena itu, tidak ada hal yang melahirkan kebisingan dan perselisihan, sebab kerajaannya sangat luas. Mereka tercipta dalam kondisi bening dan bersih, bebas dari dosa. Kedudukan mereka juga tetap, tidak seper- ti bumi yang menjadi tempat berkumpul antara yang baik dan buruk sehingga menimbulkan perselisihan yang menyebabkan adanya gun- cangan, masalah dan konflik.

    Dengan itu, terbukalah pintu ujian dan persaingan sehingga mulia-hinanya makhluk bisa terlihat.

    Hikmah dari hakikat ini adalah bahwa manusia merupakan buah akhir dari pohon penciptaan. Seperti diketahui bahwa buah merupa- kan unsur terjauh, terlengkap, dan terhalus dari pohon. Karena itu, manusia yang berupa buah alam merupakan kreasi qudrah rabbani yang paling komprehensif dan paling menakjubkan sekaligus yang paling lemah dan paling halus. Dari sini, tempat tinggal manusia yaitu bumi menjadi sepadan dengan langit dari sisi makna dan penciptaan. Meskipun bumi kecil dan kerdil dibanding langit, namun ia merupakan jantung dan pusat alam. Bumi merupakan galeri seluruh mukjizat kreasi Ilahi, tempat manifestasi Asmaul Husna, pantulan aktivitas rabbani yang bersifat mutlak, serta tempat berkumpul makhluk-makhluk Ilahi dengan wu- jud mutlak, terutama bumi yang menampilkan begitu banyak tumbu- han dan hewan. Ia merupakan miniatur dari galeri ciptaan di alam akhirat, pabrik yang bekerja dengan sangat cepat untuk memproduksi kreasi abadi dan pentas yang terus berganti dengan cepat. Bumi juga ladang sempit yang temporer untuk menumbuhkan benih-benih ke- bun yang kekal abadi.

    Dari keagungan maknawi bumi(*[3])dan urgensinya dilihat dari sudut penciptaan, al-Qur’an menjadikannya sebagai padanan bagi la- ngit meski dibanding langit ia merupakan buah kecil dengan pohonnya yang besar. Ia meletakkannya di satu sisi timbangan dan meletakkan langit di sisi timbangan yang lain. Karena itu, al-Qur’an mengulang- ulang ayat yang berbunyi (رَبُّ السَّمٰوَاتِ وَ ال۟اَر۟ضِ) ‘Tuhan pemelihara langit dan bumi’.

    Lalu perubahan bumi yang demikian cepat dan transformasinya yang berlangsung secara terus-menerus menuntut adanya perubahan yang sama pada penduduk dan penghuninya.Di samping itu, meskipun bumi terbatas, ia mendapatkan ma- nifestasi qudrah Ilahi yang bersifat mutlak. Hal itu dengan tidak ada- nya pembatasan kekuatan penghuninya, yaitu jin dan manusia dengan batasan fitri atau ukuran alami sebagaimana pada makhluk hidup lainnya. Karena itu, bumi menjadi pentas bagi kondisi naik dan turun yang tak terhingga. Mulai dari Nabi, wali, hingga para namrud yang zalim dan setan, bumi menjadi lahan ujian yang sangat luas. Jika de- mikan, setan-setan yang bersifat Firaun tentu melemparkan batu ke langit beserta penghuninya.

    Tingkat Keempat

    Dzat Yang Mahaagung yang merupakan Tuhan, pengatur dan pencipta semesta alam memiliki nama-nama mulia yang banyak di mana hukum dan atributnya berbeda-beda. Nama, atribut, dan sifat yang menuntut pengiriman malaikat untuk ikut berperang dalam bari- san sahabat bersama Rasul x saat menghadapi kaum kafir merupa- kan nama dan atribut yang sama di mana ia menuntut adanya perang antara malaikat dan setan serta pertarungan antara penduduk langit yang baik dan penduduk bumi yang jahat. Dzat Mahakuasa yang na- pas dan jiwa orang kafir berada dalam genggaman qudrah-Nya tidak membinasakan mereka dengan suatu suara dan perintah-Nya. Namun ia membuka medan ujian dan peperangan atas nama rububiyah-Nya yang bersifat umum serta dengan nama-Nya, al-Hakîm (Yang Mahabi- jak) dan al-Mudabbir (Yang Maha Menata).

    Sekadar contoh, kita melihat raja memiliki sejumlah simbol dan nama yang berbeda sesuai dengan wilayah pemerintahannya. Wilayah keadilannya menyebutnya dengan nama al-Hâkim al-Âdil (penguasa yang adil), wilayah kemiliterannya mengenalnya dengan nama al-Qâid al-‘Âm (panglima besar), wilayah agamanya mengetahuinya dengan nama al-Khalîfah (khalifah), wilayah formalitasnya menyebutnya dengan nama Sultan, rakyat yang taat kepada raja mengenalnya dengan nama Raja yang memiliki kasih sayang, sementara para pembangkang menyebutnya dengan al-Hâkim al-Qahhâr (penguasa yang kejam). Demikian seterusnya.Raja yang mulia yang berkuasa atas seluruh rakyat itu tidak akan membinasakan seorang yang lemah, yang membangkang dan hina dengan perintahnya. Namun ia akan menggiringnya ke pengadilan atas nama penguasa yang adil. Kemudian sang raja tidak memberikan ta- tapan penghormatan kepada salah seorang pegawainya yang layak atas hal itu sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Ia hanya membu- ka pentas perlombaan serta menyiapkan sambutan formal. Ia meme- rintahkan menterinya serta mengajak rakyat untuk menyaksikan per- lombaaan tersebut. Selanjutnya, ia akan memberikan balasan kepada si pegawai tadi atas nama lembaga negara dan pemerintah. Ia meng- umumkan balasan yang diberikan di pentas tadi sebagai balasan atas sikapnya yang konsisten. Yakni, ia memuliakannya di hadapan banyak orang terpandang setelah melewati ujian yang berat guna menegaskan kelayakannya di hadapan mereka.

    Demikianlah, Allah وَ لِلّٰهِ ال۟مَثَلُ ال۟اَع۟لٰى memiliki nama-nama yang banyak. Dia memiliki sifat dan simbol yang sangat banyak dengan berbagai ma- nifestasi mulia dan tampilan yang indah. Nama, atribut, dan sifat yang menuntut keberadaan cahaya dan kegelapan, musim panas dan dingin, serta surga dan neraka, juga menuntut adanya hukum perseteruan yang bersifat komprehensif sebagaimana hukum reproduksi, hukum perlombaan, hukum kerjasama, serta berbagai hukum universal lain yang sejenis. Dengan kata lain, ia menuntut adanya hukum persete- ruan yang umum, mulai dari antara ilham dan bisikan yang beredar di seputar kalbu, hingga perseteruan antara malaikat dan setan di ufuk langit.

    Tingkat Kelima

    Selama perjalanan dari bumi menuju langit serta kepulangan darinya berlaku, maka turun dari langit dan naik menuju kepadanya juga terjadi. Bahkan segala kebutuhan bumi dikirim dari sana. Lalu karena roh yang baik bergerak dari bumi menuju langit, maka roh yang buruk berusaha meniru yang baik untuk naik menuju langit. Halitu karena tubuh mereka juga ringan dan halus. Tidak diragukan lagi bahwa mereka diusir dari langit lantaran memiliki tabiat yang buruk.

    Simbol dari interaksi penting dan perseteruan maknawi tersebut sudah pasti terdapat di alam nyata. Sebab, hikmah kekuasaan rububi- yah menuntut adanya petunjuk atas berbagai aktivitas gaib Ilahi yang penting agar dapat dilihat oleh makhluk yang memiliki perasaan, ter- utama manusia yang mengemban tugas termulia, yaitu menyaksikan, bersaksi, berdakwah, dan mengawasi. Sebagaimana Allah menja- dikan hujan sebagai petunjuk bagi mukjizat musim semi, serta men- jadikan sebab-sebab lahiriah sebagai tanda bagi berbagai kreasi-Nya yang luar biasa dengan memosisikan penduduk alam nyata sebagai saksi atasnya, maka sudah pasti Dia menarik perhatian seluruh pen- duduk langit dan bumi kepada pentas menakjubkan di atas. Dia menampilkan langit yang besar laksana benteng kukuh yang gugusan- nya dilengkapi dengan para penjaga. Atau memperlihatkannya laksana kota ramai dan membuat makhluk bertafakur atas rububiyah-Nya.

    Ketika pemberitahuan atas adanya perseteruan dan perang terse- but menjadi tuntutan hikmah, keberadaan petunjuk atasnya menja- di sebuah keniscayaan. Karena kejadian apa pun yang berlangsung di angkasa dan langit tidak bisa disaksikan, maka apa yang telah kita sebutkan di atas merupakan petunjuk paling tepat atasnya. Sebab, ke- jadian yang terkait dengan bintang, misalnya pelemparan meteor yang menyerupai penembakan meriam serta pengiriman panah api dari benteng yang tinggi memberikan pemahaman secara jelas betapa ia sangat sesuai bagi setan untuk dilempar dengan meteor. Hikmah dan tujuan inilah yang bisa dipahami dari kasus pelemparan setan terse- but. Peristiwa yang lain berbeda dengan kasus di atas. Di samping itu pelemparan setan merupakan peristiwa yang sudah dikenal sejak zaman Nabi Adam dan telah disaksikan oleh ahli hakikat.

    Tingkat Keenam

    Ketika manusia dan jin memiliki potensi yang tak terhingga untuk berbuat buruk dan membangkang, maka keduanya mampu melakukan perbuatan yang melampaui batas secara tak terbatas. Kare- na itu, al-Qur’an mencegah jin dan manusia lewat retorika dan gaya bahasanya yang cemerlang, serta memberikan perumpamaan penting.Dengan itu, al-Qur’an memberikan ancaman keras kepada jin dan manusia untuk tidak melampaui batas sekaligus menghentak seluruh alam.Misalnya, firman Allah yang berbunyi:

    “Wahai golongan jin dan manusia, jika kalian sanggup menem- bus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah! Kalian tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. Maka nikmat Tuhan ka- lian yang manakah yang kalian dustakan? Kepada kalian dilepaskan nyala api dan cairan tembaga sehingga kalian tidak dapat menyelamat- kan diri (darinya).” (QS. ar-Rahmân [55]: 33-35).Perhatikan ancaman yang sangat keras pada ayat di atas! Bagaima- na ia menghancurkan sikap keras kepala jin dan manusia dengan re- torika yang menakjubkan. Ia mengumumkan kelemahan mereka serta menjelaskan tingkat kepapaan mereka dalam menghadapi keagungan kekuasaan-Nya dan keluasan rububiyah-Nya. Seakan-akan ayat terse- but dan ayat lain yang berbunyi (وَجَعَل۟نَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطٖينِ) ‘Kami jadikan bin- tang-bintang itu alat pelempar setan’, (QS. al-Mulk: 5) mengatakan hal sebagai berikut:

    “Wahai manusia dan jin, wahai yang tertipu dan membangkang, wahai yang berkubang dalam kelemahan dan kepapaan! Wahai yang keras kepala dan menantang dalam kefakiran dan kelemahannya. Bagaimana mungkin kalian berani menentang perintah Sultan Yang Mahamulia dengan pembangkangan kalian, sementara bintang, bulan, dan matahari menaati perintah-Nya laksana prajurit yang me- nunggu perintah. Sementara dengan sikap yang melampaui batas, ka- lian hendak menantang Sang Penguasa Yang Mahaagung di mana Dia memiliki prajurit yang patuh. Mereka mampu menembakkan peluru seukuran gunung. Dengan sikap kufur itu kalian sebenarnya sedang menunjukkan penentangan dalam kerajaan Penguasa Yang Mahaagung di mana ia memiliki sejumlah pasukan besar yang mampu menembak para mu- suh yang kafir meski sebesar bumi dan gunung dengan berbagai pelu- ru api dan serpihan bara sehingga menjadi hancur berkeping-keping. Lalu bagaimana dengan makhluk yang lemah seperti kalian? Kalian melanggar hukum yang tegas di mana ia terkait dengan makhluk yang dengan izin Allah mampu melemparkan peluru seperti bintang kepa- da kalian.”

    Ya, di dalam al-Qur’an al-Karim terdapat tekanan yang sangat penting. Ia tidak disebabkan oleh kekuatan musuh, tetapi kare- na sejumlah sebab lain.

    Misalnya untuk memperlihatkan keagungan uluhiyah dan menyingkap perbuatan musuh yang jahat. Lalu kadang kala ayat al-Qur’an memobilisasi sebab-sebab yang paling kuat untuk menghadapi sesuatu yang paling lemah. Ia mengaitkan antara kedua tanpa menafikan yang lemah. Hal itu guna menampakkan kesempur- naan tatanan yang ada, puncak keadilan, pengetahuan, dan kekuatan hikmah padanya. Misalnya Allah وَاِن۟ تَظَاهَرَا عَلَي۟هِ فَاِنَّ اللّٰهَ هُوَ مَو۟لٰيهُ وَجِب۟رٖيلُ وَصَالِحُ ال۟مُؤ۟مِنٖينَ وَال۟مَلٰٓئِكَةُ بَع۟دَ ذٰلِكَ ظَهٖيرٌ berfirman:“Jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, sesung- guhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang- orang mukmin yang baik. Selain dari itu, malaikat-malaikat adalah pe- nolongnya pula.” (QS. at-Tahrîm [66]: 4).

    Ayat di atas menjelaskan tingkat penghormatan yang pantas didapat Nabi x, sekaligus tingkat kasih sayang yang luas yang meli- puti seluruh hak istri. Penekanan di atas dengan kasih sayang menun- jukkan keagungan Nabi x di sisi Allah , serta urgensi pengaduan dua wanita yang lemah, serta sejauh mana perhatiannya terhadap hak mereka.

    Tingkat Ketujuh

    Sebagaimana kondisi malaikat dan ikan, terdapat perbedaan yang sangat jauh di antara bintang. Di antara bintang ada yang sangat kecil dan ada pula yang sangat besar. Semua yang bersinar terang di langit disebut dengan bintang. Demikianlah, salah satu jenis bintang berfungsi untuk menghias permukaan langit yang halus. Seakan-akan Tuhan Sang Pencipta Yang Mahaindah telah menciptakannya laksa- na buah yang bersinar terang dari pohon tersebut, laksana ikan yang bertasbih kepada Allah dari lautan yang luas, serta laksana ribuan kedudukan dari para malaikat-Nya. Selain itu, Dia menciptakan jenis bintang yang kecil sebagai alat untuk melempari setan. Meteor yang dikirim untuk melempar setan memiliki tiga makna:

    Pertama, ia merupakan lambang atau tanda adanya peperangan dalam wilayah wujud yang paling luas.

    Kedua, di langit terdapat para penjaga yang siap siaga dan taat. Meteor merupakan petunjuk dan pertanda ketidaksenangan prajurit Allah terhadap kedatangan makhluk bumi yang jahat dan upaya me- reka mencuri-curi informasi.

    Ketiga, meteor tersebut ibarat meriam dan panah api yang di- tujukan untuk mengancam mata-mata setan yang ingin mencuri in- formasi di mana ia merupakan manifestasi puncak kejahatan bumi. Ia juga ditujukan untuk mengusir mereka dari pintu-pintu langit agar langit yang bersih, di mana ia merupakan tempat makhluk yang suci, tidak menjadi kotor. Dengan demikian, setan tak bisa memata-matai untuk kepentingan pihak yang jahat.

    Wahai astronom yang bersandar pada akal yang terbatas di mana cahayanya tidak lebih dari cahaya kunang-kunang! Wahai yang menu- tup mata dari cahaya mentari al-Qur’an! Perhatikan berbagai hakikat yang dijelaskan oleh ketujuh tingkat di atas. Perhatikan dan cermati- lah secara sekaligus. Tinggalkan cahaya akalmu dan perhatikan makna ayat al-Qur’an dalam bingkai cahaya mukjizatnya yang sangat terang seterang matahari. Raihlah bintang sebuah hakikat dari langit ayat di atas. Lalu lempari setan yang berada di otakmu dengannya. Kami juga melakukan hal yang sama. Marilah kita sama-sama mengucap:“Tuhan, aku berlindung dari bisikan setan.”Argumen yang kuat dan hikmah yang meyakinkan adalah milik Allah.

    “Mahasuci Engkau. Tidak ada yang kami ketahui, kecuali apa yang telah engkau ajarkan pada kami. Engkau Maha Mengetahui dan Mahabijaksana”.

    LAMPIRAN KALIMAT KELIMA BELAS

    Argumen al-Qur’an yang Membungkam Setan dan Sekutunya(*[4])



    KALIMAT KEEMPAT BELAS ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KEENAM BELAS

    1. *Diriwayatkan dari Abdullah ibn Mas’ud bahwa Rasulullah x bersabda, “Roh me- reka berada di dalam tubuh burung hijau. Padanya terdapat lentera yang bergantung kepa- da arasy. Ia bisa terbang ke mana saja di surga.” (HR. Muslim).
    2. *Risalah Kedua Belas dalam buku al-Matsnawi an-Nuri—Peny.
    3. *Ya, meski bumi ini kecil, namun bisa menyamai langit. Sebab, bisa dikatakan bah- wa mata air yang terus mengalir lebih besar daripada telaga yang tidak ada pemasukan air. Selain itu, jika sesuatu ditimbang dengan timbangan, kemudian diletakkan, lalu hasilnya ditimbang dengan timbangan yang sama, dan diletakkan juga, meski ia seribu kali lebih besar daripada timbangan itu sendiri, namun tetap saja timbangan tadi bisa menimbang- nya. Demikian pula dengan bumi. Allah menjadikan bumi sebagai galeri ciptaan-Nya, poros hikmah-Nya, manifestasi qudrah-Nya, tempat tumbuh rahmat-Nya, ladang sur- ga-Nya, dan timbangan entitas (satuan standar bagi alam makhluk). Dia menjadikannya sebagai mata air yang berlimpah mengeluarkan entitas menuju lautan masa lalu dan alam gaib. Dia menciptakannya dengan mengganti pakaiannya setiap tahun lewat kreasi cip- taan-Nya. Dia menggantikan yang satu dengan yang lain melalui ratusan ribu jenis dan bentuk. Sekarang perhatikan alam yang begitu banyak yang tertuang dalam alam gaib ser- ta beragam pakaian yang dipakai dan dilepaskan oleh bumi. Yakni, bayangkan seluruh isi muka bumi hadir, lalu bandingkan dengan langit yang berada pada satu pola dan ti- dak kompleks, kemudian bandingkan antara keduanya, tentu engkau akan melihat bumi, meskipun tidak lebih berat daripada langit, namun ia tidak lebih ringan darinya. Dari sini engkau dapat memahami rahasia ayat yang berbunyi (رَبُّ السَّمٰوَاتِ وَالْاَرْضِ) ‘Tuhan pemelihara langit dan bumi’—Penulis.
    4. *Catatan: Lampiran “Kalimat Kelima Belas” tentang “Argumen al-Qur’an yang membungkam setan dan sekutunya” bisa dirujuk pada Pembahasan Pertama dari “Surat Kedua Puluh Enam” dalam buku al-Maktûbât.