77.975
düzenleme
("Pertanyaan: Jika dalam kekafiran terdapat kepedihan dan rasa takut yang dahsyat, dan orang kafir—sebagai manusia—sangat menyenangi kehidupannya dan merindukan sesuatu yang tak terhingga, sementara dengan kekufurannya itu dia menyadari bahwa kematiannya merupakan ketiadaan (kemusnahan) dan perpisahan abadi. Dengan matanya, dia senantiasa melihat bahwa segala entitas dan semua orang yang dia cintai berjalan menuju kemusnahan dan perpisahan abadi. Denga..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
Değişiklik özeti yok |
||
169. satır: | 169. satır: | ||
Jawaban: Sesungguhnya ia menipu dirinya sendiri dengan kebohongan-kebohongan setan. Ia menganggap bahwa kenikmatan duniawi harus direguk seluruhnya. Kami akan ungkapkan hakikat hal ini dengan perumpamaan yang umum diberikan seperti ini: | Jawaban: Sesungguhnya ia menipu dirinya sendiri dengan kebohongan-kebohongan setan. Ia menganggap bahwa kenikmatan duniawi harus direguk seluruhnya. Kami akan ungkapkan hakikat hal ini dengan perumpamaan yang umum diberikan seperti ini: | ||
Dikisahkan bahwa ada burung unta yang ditanya, mengapa ia tidak terbang padahal memiliki sayap. Lalu ia menjawab, “Saya bukan burung, tapi unta. Lalu ia memasukkan kepalanya ke dalam pasir dan membiarkan badannya yang besar di atas pasir sehingga menjadi sasaran pemburu. Kemudian ia ditanya, “Jika kamu unta, maka bawalah beban ini.” Saat itu pula ia mengepakkan sayapnya dan mematuk-matukkan paruhnya karena mengetahui beratnya beban tersebut lalu ia pun berkata, “Saya adalah seekor burung.” Lalu ia pun ditinggalkan sendirian tanpa makanan dan perlindungan sehingga menjadi sasaran pemburu. | |||
Demikianlah halnya dengan orang kafir. Ia meninggalkan kekafiran mutlak akibat peringatan-peringatan dari al-Qur’an dan pindah ke kekafiran yang ragu-ragu. Jika ia ditanya bagaimana ia bisa enak-enakan hidup padahal kematian menghadangnya? Dan apakah orang yang akan diseret ke tiang gantungan dapat hidup tenang? maka ia menjawab, “Tidak... kematian bukanlah kehampaan karena kemungkinan ada keabadiaan.” Hal ini terjadi setelah orang-orang kafir menyadari keuniversalan al-Qur’an dan kebesaran rahmat Allah yang membuatnya bimbang dalam kekafirannya. Atau ia memasuk- kan kepalanya dalam lumpur kelalaian seperti burung unta agar ajal tidak menjemputnya, kubur tidak melihatnya, dan kefanaan tidak mengejarnya. | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
düzenleme