78.339
düzenleme
("'''Poin Kedua''' Sebagian besar imam ilmu kalam seperti Sa’ad at-Taftazânî berkata, “Terbelahnya bulan merupakan riwayat yang mutawatir sama seperti memancarnya air dari jari-jemari beliau di mana pasukan bisa minum darinya. Juga, seperti rintihan batang pohon lantaran berpisah dengan beliau di mana sebelumnya ia menjadi sandaran beliau saat berkhutbah dan hal itu didengar oleh jamaah masjid. Dengan kata lain, peristiwa tersebut dinukil oleh banyak..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("'''Poin Ketiga''' Mukjizat terbelahnya bulan hadir untuk membuktikan kenabi- an dan meyakinkan para pengingkar; bukan untuk memaksa mereka beriman. Karena itu, ia ditampakkan kepada orang-orang yang mende- ngar kenabian sebagai wasilah yang membuat mereka mau menerima benarnya kenabian. Adapun memperlihatkannya pada semua tempat atau menampakkan secara jelas di mana manusia terpaksa menerima dan tunduk, hal ini tentu saja bertentangan dengan hikmah Allah..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
429. satır: | 429. satır: | ||
Sebagian besar imam ilmu kalam seperti Sa’ad at-Taftazânî berkata, “Terbelahnya bulan merupakan riwayat yang mutawatir sama seperti memancarnya air dari jari-jemari beliau di mana pasukan bisa minum darinya. Juga, seperti rintihan batang pohon lantaran berpisah dengan beliau di mana sebelumnya ia menjadi sandaran beliau saat berkhutbah dan hal itu didengar oleh jamaah masjid. Dengan kata lain, peristiwa tersebut dinukil oleh banyak orang dari banyak orang sehingga mustahil mereka sepakat untuk berdusta. Peristiwa tersebut benar-benar mutawatir sama seperti kemunculan komet Haley seribu tahun lalu atau keberadaan pulau Sailan (sekarang: Sri Langka) yang belum pernah kita lihat.” Demikianlah memunculkan keraguan di seputar persoalan yang sangat pasti dan bisa disaksikan secara langsung ini merupakan ben- tuk kebodohan. Cukuplah ia sebagai sesuatu yang mungkin, bukan mustahil. Apalagi terbelahnya bulan sangat mungkin terjadi sama seperti letusan gunung berapi (gempa vulkanik). | Sebagian besar imam ilmu kalam seperti Sa’ad at-Taftazânî berkata, “Terbelahnya bulan merupakan riwayat yang mutawatir sama seperti memancarnya air dari jari-jemari beliau di mana pasukan bisa minum darinya. Juga, seperti rintihan batang pohon lantaran berpisah dengan beliau di mana sebelumnya ia menjadi sandaran beliau saat berkhutbah dan hal itu didengar oleh jamaah masjid. Dengan kata lain, peristiwa tersebut dinukil oleh banyak orang dari banyak orang sehingga mustahil mereka sepakat untuk berdusta. Peristiwa tersebut benar-benar mutawatir sama seperti kemunculan komet Haley seribu tahun lalu atau keberadaan pulau Sailan (sekarang: Sri Langka) yang belum pernah kita lihat.” Demikianlah memunculkan keraguan di seputar persoalan yang sangat pasti dan bisa disaksikan secara langsung ini merupakan ben- tuk kebodohan. Cukuplah ia sebagai sesuatu yang mungkin, bukan mustahil. Apalagi terbelahnya bulan sangat mungkin terjadi sama seperti letusan gunung berapi (gempa vulkanik). | ||
'''Poin Ketiga''' | |||
''' | Mukjizat terbelahnya bulan hadir untuk membuktikan kenabi- an dan meyakinkan para pengingkar; bukan untuk memaksa mereka beriman. Karena itu, ia ditampakkan kepada orang-orang yang mende- ngar kenabian sebagai wasilah yang membuat mereka mau menerima benarnya kenabian. Adapun memperlihatkannya pada semua tempat atau menampakkan secara jelas di mana manusia terpaksa menerima dan tunduk, hal ini tentu saja bertentangan dengan hikmah Allah Yang Mahabijak dan Mahaagung. Juga bertentangan dengan rahasia taklif. Pasalnya, rahasia taklif menuntut terbukanya peluang bagi akal untuk bebas memilih. | ||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
düzenleme