78.073
düzenleme
("Pertama, cinta yang kembali kepada apel tadi sebagai buah yang baik dan lezat sesuai dengan sifat yang dimilikinya. Cinta ini tidak tertuju kepada sang raja. Orang yang memakannya dengan lahap di hadapannya seraya menampakkan kecintaan kepada apel; bukan kepada sang raja, sikap tersebut sama sekali tidak akan disenangi oleh raja, bahkan membencinya. Di samping itu, kenikmatan apel bersifat sementara dan akan segera habis. Pasalnya, dengan selesainya apel..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Kesimpulannya, cintailah dunia berikut seluruh makhluk yang ada di dalamnya dengan makna harfî (mencintai makna dibaliknya); jangan mencintai dengan makna ismî (mencintai zatnya). Jangan mengatakan, “Betapa indah ini!” Tetapi katakanlah, “Betapa indah penciptaannya!” Jangan sampai ada “cinta bukan karena Allah” yang ma- suk ke dalam kalbumu. Pasalnya, bagian dalamnya merupakan cermin ash-Shamad yang hanya untuk Allah." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) Etiketler: Mobil değişiklik Mobil ağ değişikliği |
||
781. satır: | 781. satır: | ||
Kedua, cinta yang tertuju kepada kemurahan dan karunia raja yang diperlihatkan melalui apel tersebut. Seolaholah apel tersebut merupakan sampel dan wujud karunia kerajaan. Orang yang menerima hadiah raja dengan senang hati, memperlihatkan kecintaannya kepada raja, bukan kepada apel. Ia mengetahui bahwa di dalam apel yang menjadi wujud penghormatan tadi terkandung kenikmatan yang jauh melebihi kenikmatan ribuan apel. Kenikmatan tersebut merupakan wujud rasa syukur, dan cinta semacam ini merupakan cinta pernuh hormat kepada raja. | Kedua, cinta yang tertuju kepada kemurahan dan karunia raja yang diperlihatkan melalui apel tersebut. Seolaholah apel tersebut merupakan sampel dan wujud karunia kerajaan. Orang yang menerima hadiah raja dengan senang hati, memperlihatkan kecintaannya kepada raja, bukan kepada apel. Ia mengetahui bahwa di dalam apel yang menjadi wujud penghormatan tadi terkandung kenikmatan yang jauh melebihi kenikmatan ribuan apel. Kenikmatan tersebut merupakan wujud rasa syukur, dan cinta semacam ini merupakan cinta pernuh hormat kepada raja. | ||
Demikianlah, jika manusia mencintai berbagai nikmat dan buah itu sendiri serta ia menikmatinya dalam kondisi lalai dengan kenikmatan materinya semata, maka cinta tersebut bersumber dari hawa nafsu serta kenikmatan tersebut akan segera hilang dan mendatangkan kepedihan. Adapun jika manusia mencintainya sebagai buah dari anugerah dan kelembutan Tuhan, menikmatinya dengan selera yang sempurna dalam bentuk menghormati derajat kelembutan dari kebaikan dan anugerah-Nya, maka hal itu merupakan bentuk syukur maknawi dan kenikmatan tanpa melahirkan kepedihan. | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
düzenleme