82.698
düzenleme
("Dengan melihat pada kondisi filsafat yang bersandar kepada landasan yang rusak serta kepada hasilnya yang rapuh, maka para filsuf Islam yang cerdas yang tertipu oleh tampilan filsafat sehingga terbawa oleh pendekatannya seperti Ibnu Sina dan al-Farabi, hanya mendapatkan tingkatan iman yang paling rendah; tingkatan mukmin biasa. Bahkan sang Hujjatul Islam, Imam al-Ghazali, tidak memberikan tingkatan dan derajat itu sekalipun." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Demikian pula dengan para tokoh Mu’tazilah. Mereka adalah para ulama ilmu kalam. Karena mereka terlena dengan filsafat dan sangat terpaut dengannya, serta mendewakan akal, maka mereka hanya mendapatkan derajat mukmin pelaku bid’ah dan fasik." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
135. satır: | 135. satır: | ||
Dengan melihat pada kondisi filsafat yang bersandar kepada landasan yang rusak serta kepada hasilnya yang rapuh, maka para filsuf Islam yang cerdas yang tertipu oleh tampilan filsafat sehingga terbawa oleh pendekatannya seperti Ibnu Sina dan al-Farabi, hanya mendapatkan tingkatan iman yang paling rendah; tingkatan mukmin biasa. Bahkan sang Hujjatul Islam, Imam al-Ghazali, tidak memberikan tingkatan dan derajat itu sekalipun. | Dengan melihat pada kondisi filsafat yang bersandar kepada landasan yang rusak serta kepada hasilnya yang rapuh, maka para filsuf Islam yang cerdas yang tertipu oleh tampilan filsafat sehingga terbawa oleh pendekatannya seperti Ibnu Sina dan al-Farabi, hanya mendapatkan tingkatan iman yang paling rendah; tingkatan mukmin biasa. Bahkan sang Hujjatul Islam, Imam al-Ghazali, tidak memberikan tingkatan dan derajat itu sekalipun. | ||
Demikian pula dengan para tokoh Mu’tazilah. Mereka adalah para ulama ilmu kalam. Karena mereka terlena dengan filsafat dan sangat terpaut dengannya, serta mendewakan akal, maka mereka hanya mendapatkan derajat mukmin pelaku bid’ah dan fasik. | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
düzenleme